Thursday 6 February 2014

BukanMindset

Pernah mendengar kalimat ini pemirsah?
 “ semua manusia tidak ada yang bodoh, yang ada hanya malas

Dulu waktu saya masih sekolah (sekarang juga masih sekolah) sering sekali mendengar kalimat ini keluar dari mulut guru2 kami tercinta. Ini adalah mindset yang salah menurut saya (penulis). Mari kita bahas pemirsah.

*Definisi kata “bodoh” menurut kamus Bahasa Indonesia : tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu atau tidak dapat (mengerjakan dsb), tidak memiliki pengetahuan (pendidikan, pengalaman).

Mindset ini secara tidak langsung menanamkan hal yang tidak baik bagi pikiran anak, contoh : “saya ini tidak bodoh hanya malas belajar”, tapi akan kah dengan berpikir begitu sang anak menjadi sadar dan belajar? TIDAK! Kebanyakan dari mereka tetap kukuh dengan argumennya “saya ini  tidak bodoh hanya malas saja Bu Guru” tanpa belajar untuk menutup kebodohan yang telah ada.

Mindset ini sebenarnya dimaksudkan untuk menyenangkan hati anak yang bodoh, agar tidak berkecil hati dan membangun semangat untuk merubah diri menjadi rajin untuk belajar. Tapi kebanyakan dari anak hanya menerima kalimat pertama  kedalam otaknya, “semua manusia tidak ada yang bodoh” , dan cenderung mengabaikan kalimat penyambungnya, “yang ada hanya malas” (pengalaman pribadi penulis sendiri sebagai anak). Nah, karena di dalam otak mereka telah tertanam mindset seperti itu, semua manusia tidak ada yang bodoh, semua manusia tidak ada yang bodoh, semua manusia tidak ada yang bodoh, malah akan menjadikan mereka semakin kuat untuk tetap bertahan pada statusnya (anak yang bodoh) dan kalimat tersebut menjadi alibi dalam pikirannya yang seakan2 menyatakan kalau dia TIDAK BODOH.

Menurut penulis, tak ada manusia yang terlahir berbakat tanpa latihan, begitu pula tak ada manusia yang terlahir pintar tanpa belajar. Apa pernah kalian melihat bayi yang baru lahir langsung bicara? Apa pernah kalian melihat bayi yang baru lahir langsung bisa berhitung? Bayi2 itu butuh proses dan waktu untuk melakukan itu.Siapa yang mengajarkan bayi-bayi polos tersebut? Lingkungan sekitar. Dan apa lingkungan pertama bagi bayi-bayi polos itu? KELUARGA. Sering sekali kita mendengat istilah klasik ini, “bayi yang baru lahir bagaikan selembar kertas putih polos” dan lingkungan terkecil pertama yang berhak mencoret-coret kertas itu adalah family. Dan disinilah diksar (pendidikan dasar) dimulai. Keluarga adalah faktor terbesar penentu dan pembentuk karakter serta mental si anak. Keluargalah yang pertama dan paling berkuasa lebih untuk melatih, mendidik, membimbing, membina, dan membangun mental si anak.Ingat keluarga adalah FAKTOR TERBESAR, tetapi INGAT juga setiap ada yang besar pasti ada yang kecil, masih banyak lagi faktor-faktor kecil yang bisa menentukan rute kehidupan si anak, misalnya guru, tetangga, teman sekelas, teman dekat, pacarnya mungkin, bahkan media.

Kembali lagi ketopik di atas, bahwasanya setiap manusia tak ada yang terlahir menjadi dewa ketika bayi. Tony Stark pun cuma bisa nangis ketika bayi, bahkan HULK juga belum ijo ketika bayi. Semua manusia normal terlahir bodoh, kita semua terlahir polos, kita semua terlahir lemah, kita semua terlahir telanjang, kecuali kalian Thor atau Loki. Yang menentukan kita semua pintar atau bodoh, kuat atau lemah, sakti atau ga, ganteng apa tidak (kalau yang ini takdir) adalah pendidikan mental dari lingkungan sekitar. Ingat baik2 BODOH bukanlah takdir, begitu pula PINTAR, takdir adalah sesuatu yang tidak bisa di ubah, kata ustadz felix siaww. Sedangkan pintar atau bodoh adalah pilihan, pintar atau bodoh kita sendiri yang memilih untuk tetap bodoh atau menjadi pintar. Caranya gimana? Pikirkan sendiri!! Sekian.


\ The Conclusion         : “Kita semua dulunya hanya seoonggok bayi yang bodoh, tapi sekarang??? Kita bukan bayi lagi! Pikirkan sendiri!”




NB : tulisan ini murni tanpa berbasis referensi, hanya menulis dengan hati melalui pengalaman pribadi, ditunggu caci makinya pemirsah ^_^

Wednesday 5 February 2014

BukanSyair

Kenapa otak manusia letaknya di atas mata, telinga, mulut, tangan dan kaki?

Sungguh Tuhan menciptakan manusia dengan ukuran dan bentuk yang begitu sempurna, wajar kenapa terkadang sebagian manusia lebih banyak bicara dahulu sebelum bekerja karena memang letak mulut lebih tinggi daripada tangan dan kaki, memang lebih gampang memberikan solusi daripada menjalankan aplikasi. Kebanyakan manusia juga lebih senang menjadi penonton dan pendengar daripada harus menjadi pembicara, ya karena posisi mata dan telinga lebih tinggi daripada mulut. Tapi ingat, kita masih punya satu organ penting yang posisinya lebih tinggi dari segalanya, yaitu otak. Otak adalah pengontrol atas segala organ tubuh yang ada dibawahnya. Dengan otak kita bisa berpikir dahulu sebelum mendengar, melihat, mengucap, dan bekerja, memilah yang mana yang baik dan yang mana yang buruk. Jadi baik buruknya kerja organ tubuh kita tergantung atas kontrol otak, jika kita selalu berpikir baik maka baik pula lah perangai segala anggota tubuh lainnya dan sebaliknya juga jika otak selalu dirasuki pikiran kotor.
Dan bagaimana dengan hati?
Kata Raja Ali Haji, "hati adalah kerajaan di dalam tubuh, jikalau zalim segala anggotanya pun ikut roboh"