Pernah
mendengar kalimat ini pemirsah?
“ semua manusia tidak ada yang bodoh, yang ada
hanya malas”
Dulu
waktu saya masih sekolah (sekarang juga masih sekolah) sering sekali mendengar
kalimat ini keluar dari mulut guru2 kami tercinta. Ini adalah mindset yang
salah menurut saya (penulis). Mari kita bahas pemirsah.
*Definisi
kata “bodoh” menurut kamus Bahasa Indonesia : tidak lekas mengerti;
tidak mudah tahu atau tidak dapat (mengerjakan dsb), tidak memiliki pengetahuan
(pendidikan, pengalaman).
Mindset
ini secara tidak langsung menanamkan hal yang tidak baik bagi pikiran anak,
contoh : “saya ini tidak bodoh hanya malas belajar”, tapi akan kah dengan
berpikir begitu sang anak menjadi sadar dan belajar? TIDAK! Kebanyakan dari
mereka tetap kukuh dengan argumennya “saya
ini tidak bodoh hanya malas saja Bu Guru”
tanpa belajar untuk menutup kebodohan yang telah ada.
Mindset
ini sebenarnya dimaksudkan untuk menyenangkan hati anak yang bodoh, agar tidak berkecil
hati dan membangun semangat untuk merubah diri menjadi rajin untuk belajar. Tapi
kebanyakan dari anak hanya menerima kalimat pertama kedalam otaknya, “semua manusia tidak ada yang bodoh” , dan cenderung mengabaikan
kalimat penyambungnya, “yang ada hanya
malas” (pengalaman pribadi penulis sendiri sebagai anak). Nah, karena di
dalam otak mereka telah tertanam mindset seperti itu, semua manusia tidak ada yang bodoh, semua manusia tidak ada yang bodoh,
semua manusia tidak ada yang bodoh, malah akan menjadikan mereka semakin
kuat untuk tetap bertahan pada statusnya (anak yang bodoh) dan kalimat tersebut
menjadi alibi dalam pikirannya yang seakan2 menyatakan kalau dia TIDAK BODOH.
Menurut
penulis, tak ada manusia yang terlahir berbakat tanpa latihan, begitu pula tak
ada manusia yang terlahir pintar tanpa belajar. Apa pernah kalian melihat bayi yang
baru lahir langsung bicara? Apa pernah kalian melihat bayi yang baru lahir
langsung bisa berhitung? Bayi2 itu butuh proses dan waktu untuk melakukan itu.Siapa
yang mengajarkan bayi-bayi polos
tersebut? Lingkungan sekitar. Dan apa lingkungan pertama bagi bayi-bayi polos itu? KELUARGA. Sering sekali
kita mendengat istilah klasik ini, “bayi
yang baru lahir bagaikan selembar kertas putih polos” dan lingkungan
terkecil pertama yang berhak mencoret-coret kertas itu adalah family. Dan disinilah diksar (pendidikan
dasar) dimulai. Keluarga adalah faktor terbesar penentu dan pembentuk karakter
serta mental si anak. Keluargalah yang pertama dan paling berkuasa lebih untuk
melatih, mendidik, membimbing, membina, dan membangun mental si anak.Ingat
keluarga adalah FAKTOR TERBESAR, tetapi INGAT juga setiap ada yang besar pasti
ada yang kecil, masih banyak lagi faktor-faktor kecil yang bisa menentukan rute
kehidupan si anak, misalnya guru, tetangga, teman sekelas, teman dekat,
pacarnya mungkin, bahkan media.
Kembali
lagi ketopik di atas, bahwasanya setiap manusia tak ada yang terlahir menjadi dewa ketika bayi. Tony Stark pun cuma bisa nangis ketika bayi, bahkan HULK juga belum ijo ketika bayi. Semua
manusia normal terlahir bodoh, kita semua terlahir polos, kita semua terlahir
lemah, kita semua terlahir telanjang, kecuali kalian Thor atau Loki. Yang menentukan
kita semua pintar atau bodoh, kuat atau lemah, sakti atau ga, ganteng apa tidak
(kalau yang ini takdir) adalah pendidikan mental dari lingkungan sekitar. Ingat
baik2 BODOH bukanlah takdir, begitu pula PINTAR, takdir adalah sesuatu yang
tidak bisa di ubah, kata ustadz felix siaww. Sedangkan pintar atau bodoh adalah
pilihan, pintar atau bodoh kita sendiri yang memilih untuk tetap bodoh atau
menjadi pintar. Caranya gimana? Pikirkan sendiri!! Sekian.
\ The Conclusion :
“Kita semua dulunya hanya seoonggok bayi yang
bodoh, tapi sekarang??? Kita bukan bayi lagi! Pikirkan sendiri!”
NB
: tulisan ini murni tanpa berbasis referensi, hanya menulis dengan hati melalui
pengalaman pribadi, ditunggu caci makinya pemirsah ^_^